Dua vespa, dua cerita

Wednesday, April 15, 20150 comments


 
Vespa, Kendaraan ini tak lagi asing lagi bagiku.  Kendaraan yang setiap kali dihidupkan wajib dimiringkan ini turut menemani masa-masa kecilku.  Kami, aku beserta kakak dan adikku selalu diajak jalan-jalan menggunakan vespa oleh ayahku.  Sebuah vespa biru yang selalu siap mengantar ku ke sekolah disaat aku malas menggunakan sepeda.

Vespa biru ayah juga siap mengajakku bersama ketiga saudaraku  untuk berjalan-jalan sore melihat kilang minyak yang ada di daerah perawang.  Walaupun cuma melihat dari jauh, kami cukup senang. Vespa juga kendaraan pertama kali yang diajarkan ayah saat aku ingin pandai mengendarai kendaraan bermotor.  Ayah mengajarkan kami mengendarai vespa berganti-gantian di setiap sore atau malam.  Yaaa. memang vespa kendaraan bermotor pertama yang kami punya.  Walaupun vespa ini sering kali mogok hingga kami sering menjuluki si vespa meragam, namun vespa selalu buat kami bangga.

Hingga suatu hari, vespa tersebut dijual untuk membayar DP rumah prumnas untuk tempat tinggal kami sekeluarga.

Sedih???
Yaaa...sangat.

Namun aku lega, karena kami sekeluarga punya rumah sendiri, sehingga tak lelah lagi berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. 

Sayang sekali, vespa keluarga itu tak sempat kami abadikan dalam bentuk gambar, dikarenakan saat itu tak memiliki kamera, terpaksa ingatan vespa hanya dapat disimpan rapi di dalam hati. 

Cerita vespa usai?
Tidakkk..
Saat menginjak bangku kuliah, tepatnya saat aktif di sebuah organisasi kampus, seorang temen mengenalkan aku kembali kepada vespa. 
Tengku Muhammad Yusuf namanya, sering kami panggil dengan sebutan TMY atau Tengku saja.  Dia kemudian mengembalikan ingatan ku tentang vespa.  Walau vespa kali ini tidak berwarna biru namun berwarna-warni, namun bagi ku tetap berarti.
Bersama Vespa, aku kembali mengukir kenangan dengan seseorang  yang akhirnya menjadi bagian dari hidup ku.
 
Beberapa kali aku dibonceng Tengku menggunakan vespanya untuk meliput.  Sebagai seorang yang aktif di pers kampus,  aku dan Tengku beberapa kali kebagian tugas meliput bersama.  Selain Dia senior di sana, aku juga belajar banyak darinya. 
 
Suatu hari, kami baru saja meliput sesuatu di kampus panam.  Agak jauh memang dari sekretariat kami, sehingga harus melewati beberapa jalan protocol.  Di sebuah jalan protocol, ternyata ada razia besar-besaran dilakukan.  Aku yang saat itu masih cupu sedikit ketakutan. 
Gimana nih Tengku? apa kita putar arah saja?. " ujar ku saat itu.
 
Tengku dengan santainya menggeleng, "Tenang saja," ujarnya sambil terus berjalan mendekati tempat razia tersebut.  Sesaat sebelum polisi menyetop kami, Tengku justru buru-buru berhenti dan menepikan vespanya.  Aku makin ketakutan.  Aduhh tengku gimana sihh? atau apa vespanya tiba-tiba jadi mogok? batin ku.
 
Tengku dengan tenangnya malah menghampiri polisi tersebut, bersalaman dan pura-pura bertanya, "Razia ya pak?" ujarnya.
Dijawab dengan anggukan kepala oleh polisi tersebut.
Tengku dengan singapnya mengeluarkan kertas dan kamera poketnya.  Memotret beberapa kali dan mewawancarai polisi sebentar, kemudian kembali ke tempat ku.  
 
"Beres kan?"  ujarnya sambil senyum-senyum simpul
Aku bingung, "Tengku, ini juga kita buat beritanya?"  Ujar ku
Tengku menggeleng,
"Untuk arsip kita saja," ujarnya senyum-swnyum
Ohhhh....aku baru ngerti, ini taktik Tengku saja agar tak terjaring razia
Aku lega.
 
Vespa Tengku, memang seperti sebuah vespa bodong.  Tanpa surat, tanpa plat atau pun kaca spion.  Stiker di sana sini, dan warna-warni yang menyolok perhatian.   Siapa saja takut membawanya. Vespa memiliki sejarah yang lumayan unik.  Bertahun-tahun ditinggalkan pemiliknya di tempat parkir Unri, tanpa kabar  dengan keadaan yang mengganaskan, akhirnya dengan disaksikan oleh satpam Unri, vespa tersebutpun diadopsi Tengku.  Diutak-atik di beberapa bagian hingga vespa tersebut bisa jalan. 
Vespa ini juga tak memiliki kunci, terletak saja di teras bahana mahasiswa tanpa ada yang berniat mencuri ataupun meminjamnya selain satu orang.  Dodi namanya.

Suatu hari selesai rapat proyeksi bulanan, aku termenung di pintu bahana saat ingin pulang dan tak ada dapat yang mengantar.  Rata-rata semua anggota bahana kembali ke kampus panam menggunakan bus kampus.  Aku yang beda tujuan dan kebetulan tidak membawa kendaraan, berdiri di muka pintu.  Saat itu Pemimpin umum kami bang Aldi Roza menegur ku.

"Kok belum pulang pit?" ujarnya
"Eh iya bang, bentar lagi nih, malas sendirian pulang, siapa tau nanti ada temen lewat yang searah, bisa bareng," ujar ku
"minta antar Dodi aja, pake vespa Tengku tuhh," ujarnya lagi
Aku pun senyum-senyum,  dodi seorang yang pendiam, takkan pernah mau mengantarkan.
 
Tanpa disangka, bang Aldi memanggil Dodi
"Dod, antarkanlah si Fitri pulang, pake vespa Tengku tu," ujar bang aldi sambil berlalu.
 
Dodi diam saja, dia berjalan ke depan dan menghidupkan vespa tengku tersebut, kemudian pergi.
 
Aku seketika terpaku di depan pintu,
Sialan,...Gak ada etika sama sekali, batin ku
Kalau memang tidak mau mengantar, katakan sesuatu dong, jangan hanya berlalu begitu saja.

Aku masih menggerutu dalam hati saat dodi kembali lagi.

"Yuk, buruan naik," ujarnya

Hmmm...aneh, tapi aku naik saja, diperjalanan akupun bertanya,

"Tadi kemana dulu, kok tiba-tiba pergi?" ujar ku
Hmmm.... mencoba-coba dulu bawa vespa ini, takut juga nanti kalau-kalau mogok di jalan," jawabnya

Ohhh aku lega, menyesal berprasangka.

Bagiku, vespa ini tidak hanya mengantarkan ku pulang, namun juga mengantarkan ku menemukan pasangan.

Ahhh...Vespa, selalu akan menjadi cerita.


Nb: gambar diatas diambil dari google

 
 
 
 
 
 
 
 
 
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ruang Semu Ku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Fera Zandra
Proudly powered by Blogger